Tak hanya kaum dewasa yang merokok, remaja dan anak-anak pun sepertinya lekat dengan “budaya” merokok ini. Tak mengherankan jika pada beberapa waktu yang lalu, kita dapati video yang tersebar luas tentang balita yang kecanduan rokok, dan ironisnya difasilitasi oleh orang dewasa sekitarnya, bahkan direkam sebagai sebuah peristiwa lucu dan membanggakan.
Data Perokok di Indonesia
Data yang dikeluarkan oleh WHO, menyebutkan bahwa prevalensi perokok penduduk dunia berusia 15 tahun ke atas, sebesar 22 %. Sementara di Indonesia juga terjadi peningkatan jumlah perokok pada penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Sumber : Okezone.com
Pada tahun 2014 dilaksanakan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) di Indonesia dengan sampel sebanyak 5986 pelajar kelas 7-9, dan 4317 diantaranya berusia 13-15 tahun. Respons rate terhadap survey sebesar 89.5 %.
Hasil survey tersebut menunjukkan (CI 95 %) bahwa Current Tobacco smokers (merokok produk tembakau kapanpun dalam 30 hari terakhir) sebesar 19.4 %, dengan 35.3 % adalah anak laki-laki, dan 3.4 % adalah anak perempuan; Current Cigarette smokers (menghisap rokok dalam 30 hari terakhir) 18.3 %, 33.9 % adalah anak laki-laki, dan 2.5 % adalah anak perempuan. Sementara itu Frequent Cigarrette smokers (mengisap rokok selama 20 hari atau lebih, dalam 30 hari terakhir) sebesar 1.8 %, 3.7 % adalah anak laki-laki, dan 0.0 % anak perempuan.
Survey mengenai rokok pada orang dewasa, Global Adult Tobacco Survey(GATS) tahun 2011, melansir data bahwa di Indonesia, 36.1 % penduduk dewasa ( +61.4 juta penduduk) menggunakan produk tembakau, dengan proporsi laki-laki sebesar 67.4 % laki – laki, dan 4.5 % perempuan. 34.8 % penduduk merupakan Current Tobacco smokers (59.9 juta penduduk), 51.7 % laki-laki dan 0.1 % perempuan berusia 15 – 24 tahun; Usia 25 – 44 tahun, 73.3 % adalah laki-laki, dan 1.7 % perempuan; pada rentang usia 45 – 64 tahun, 72.4 % laki-laki dan 5.8 % perempuan. Sedangkan rentang usia 65 tahun ke atas, 61.2 % laki-laki, dan 6.7 % perempuan.
Nikotin gerbang awal kecanduan narkoba
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa di dalam rokok terkandung banyak sekali bahan berbahaya. Salah satu bahan yang terkandung di dalam rokok adalah nikotin, suatu bahan yang bersifat adiktif. Selain karena sifatnya, nikotin menjadi bahan candu yang paling mudah didapatkan, baik di toko-toko besar, warung, hingga pedagang asongan. Pembeli juga mempunyai pilihan untuk membeli per bungkus maupun eceran.
Studi-studi epidemiologi menunjukkan bahwa pemakaian rokok dan alkohol merupakan gerbang pemakaian narkoba lain. Survey Nasional di Amerika Serikat pada 90 % pemakai Cocaine usia 18 – 34 tahun menyebutkan bahwa mereka terlebih dahulu merokok sebelum memakai Cocaine. Begitu juga dengan kebanyakan pasien-pasien di tempat rehabilitasi narkoba di Indonesia, kebanyakan dari para penyalahguna maupun pecandu narkoba juga merupakan perokok.
Para ahli telah mengamati fenomena ini sejak lama, namun demikian para ahli belum mengetahui mekanisme nikotin secara biologi yang mempengaruhi pemakaian narkoba lain.
"Studi-studi epidemiologi menunjukkan bahwa pemakaian rokok dan alkohol merupakan gerbang pemakaian narkoba lain"
Pada tahun 2011, sebuah tim riset yang diketuai oleh Dr Eric Kandel, dari Columbia Universitydengan dukungan dana dari National Institute on Drug Abuse (NIDA) mempublikasikan hasil riset mengenai nikotin dengan judul A Molecular Basis for Nicotine as a Gateway Drug di New EnglandJournal of Medicine (NEJM). Dalam penelitian ini disebutkan bahwa mencit yang diberikan minumyang mengandung nikotin selama 7 hari, menunjukkan peningkatan respons terhadap kokain. Juga terdapat perubahan aktivitas sinyal di otak yang disebut dengan long-termpotentiation.Pada penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan fakta bahwa tingkat ekspresi gen yang disebut dengan FosB di area striatum otak berhubungan dengan kecanduan nikotin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dr Kandeldkk, juga didapatkan fakta pemberian nikotin selama 7 hari tersebut meningkatkan ekspresi FosB sebesar 61%. Ketika diberikan kokain, mencit yang terlebih dahulu diberikan nikotin mengalami peningkatan ekspresi FosBsebesar 74 % dibandingkan tikus yang tidak diberikan nikotin terlebih dahulu.
Penelitian lain sebelumnya juga menemukan bahwa kokain akan mengubah struktur DNA melalui proses yang disebut histoneacetylation, dan proses ini akan mempengaruhi ekspresi dari FosB. Pemberian nikotin selama 7 hari pada mencit tersebut ternyata juga akan meningkatkan proses histoneacetylation ini.
Nikotin meningkatkan proses ini dengan menghambat molekul yang berperan dalam proses umpan balik asetilasi ini. Penelitian ini semakin meningkatkan pemahaman hubungan antara nikotin dan kecanduan zat lain serta menimbulkan harapan akan model treatment yang efektif untuk orang-orang yang mengalami kecanduan zat.
Setelah kita mengetahui bersama mengenai hubungan secara molekuler antara nikotin dan pemakaian zat lain, diharapkan upaya pengendalian penggunaan rokok di Indonesia juga semakin gencar, terutama pada penggunaan di kalangan anak-anak dan remaja, dimana pada usia tersebut otak sedang dalam tahap maturasi, yang jika terganggu oleh kecanduan zat baik rokok, alkohol maupun jenis narkoba lain akan sangat merugikan generasi muda bangsa Indonesia.
Bagaimana mengatur supaya rokok tidak didapatkan dengan mudah oleh anak-anak dan remaja merupakan tantangan bersama. Pemerintah sebagai regulator diharapkan membuat peraturan dan melaksakannya dengan konsisten, hingga ke tingkat yang paling bawah, khususnya peredaran rokok secara eceran. Sebagai orang tua dan anggota masyarakat, janganlah kita memberikan badrole model pada generasi muda kita, berikanlah contoh yang baik dengan tidak merokok, dan tidak menyuruh anak-anak untuk membeli rokok.
Dan akhirnya, marilah kita hidup secara sehat!
Referensi : https://www.selasar.com/gaya-hidup/rokok-gerbang-awal-pemakaian-narkoba